Masyarakat
Jawa sangat memperhatikan sikap-sikap hidup yang sederhana, penuh tanggung
jawab, sangat menghargai perasaan orang lain, berbudi bawa leksana serta selalu
rendah hati. Sikap aja dumeh, aja
adigang, aja adigung, aja adiguna, selalu ditekankan pada masyarakat Jawa
agar selalu menjadi orang yang rendah hati, berbudi baik dan menghargai orang lain.
1.
Giri lusi janna kena ingina ’tidak boleh menghina orang lain’
2.
Sepi ing pamrih rame ing gawe ’orang yang bekerja sungguh-sungguh
tanpa menginginkan imbalan’
3.
masyarakat
Jawa memiliki pandangan luwih becik
alon-alon waton kelakon, tinimbang kebat kliwat mengandung nilai bahwa salah
satu sikap hidup orang Jawa yang tidak ingin gagal dalam meraih apa yang
diinginkan. Kata alon-alon di
dalamnya sebenarnya tersirat makna cara. Jadi, alon-alon hanyalah cara bagaimana seseorang akan mencapai tujuan
karena yang penting adalah kriteria yaitu waton
kelakon (harus terlaksana) daripada kebat
kliwat (tergesa-gesa tetapi gagal).
4.
Sikap
dan pandangan seorang pemimpin dalam pandangan masyarakat Jawa antara lain ialah
seorang pemimpin harus dapat hamangku, hamengku,
hamengkoni. Hamangku diartikan sebagai sikap dan pandangan yang harus
berani bertanggung jawab terhadap kewajibannya, hamengku diartikan sebagai sikap dan pandangan yang harus berani ngrengkuh (mengaku sebagai kewajibannya
dan hamengkoni dalam arti selalu bersikap
berani melindungi dalam segala situasi. Jadi, seorang pemimpin dalam pandangan masyarakat
Jawa itu harus selalu berani bertanggung jawab, mengakui rakyatnya sebagai bagian
dari hidupnya dan setiap saat harus selalu melindungi dalam segala kondisi dan
situasi.
5.
Ungkapan
yang paling populer dalam dunia pendidikan adalah ing arsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ungkapan
ini juga berasal dari bahasa Jawa dan mengandung nilai-nilai yang sangat baik
untuk panutan seorang pemimpin. Apabila seseorang benar-benar ingin disebut
sebagai seorang pemimpin, dia harus selalu berada di depan untuk memberikan
contoh yang baik dalam bentuk sikap, ucapan, dan tindakan yang selalu
konsisten. Manakala seorang pemimpin berada di tengah-tengah rakyatnya, dia
harus mangun karsa (memberi semangat)
agar rakyat tidak mudah putus asa jika menghadapi segala macam cobaan. Ketika
dia ada di belakang dia harus selalu tut
wuri handayani (mau mendorong) agar rakyatnya selalu maju.
6.
Ketika
seorang pemimpin memiliki sikap dan pandangan hidup yang baik rakyat akan
selalu melu handarbeni, melu hangrungkebi, mulat sarira hangrasa
wani dalam arti segala prestasi yang dicapai dalam suatu tempat atau negara
akan selalu dijaga oleh rakyatnya dengan baik karena rakyat merasa ikut
memiliki melu handarbeni, dan jika ada
orang lain yang akan merusak tatanan yang sudah mapan, rakyat juga akan ikut
membela melu hangrungkebi. Namun,
semua itu dilakukan setelah mengetahui secara pasti duduk persoalan mana yang
benar dan mana yang salah dengan mulat
sarira hangrasa wani (mawas diri).
7.
Ungkapan
lambe satumang kari samerang’anak yang
dituturi atau dinasihati oleh orang tuanya tetap saja tidak menurut. Ini adalah
ungkapan yang menggambarkan sifat seorang anak yang bandel dan tidak menurut
pada orang tua. Sebaiknya sifat seperti itu tidak diikuti oleh generasi muda.
8.
Ungkapan
Nabok nyilih tangan secara umum
bermakna seseorang ingin memfitnah atau menyakiti orang lain namun tidak berani
secara langsung melainkan lewat orang lain. Sikap-sikap ini tentu saja tidak
baik karena orang yang diibaratkan seperti itu adalah orang yang tidak satria
dan tidak bertanggung jawab. Tetapi apa pun alasannya perbuatan yang
diumpamakan seperti nabok nyilih tangan
adalah perbuatan tidak baik.
9.
Rawe-rawe
rantas malang-malang tuntas’segala sesuatu yang menghalangi akan diberantas’ adalah
bahwa orang Jawa yang memiliki tekad yang kuat itu bukan karena keinginan yang
membabi buta tanpa penalaran dan pertimbangan perasaan melainkan sudah dipikirkan
dan diperhitungkan akibat baik dan buruknya.
10. Ungkapan
sura dira jayaning rat, pangruwating
diyu, lebur dening pangastuti, artinya siapa pun harus berani membasmi
angkara murka untuk membela kebenaran karena adanya keyakinan bahwa angkara
murka pasti dapat dikalahkan oleh kebaikan. Ungkapan itu perlu diresapi dan
diketahui oleh masyarakat untuk menegakkan keadilan agar masyarakat bisa mengatakan
yang benar itu benar dan yang salah harus mendapat sanksi dari perbuatannya.
11.
Sebuah
ungkapan juga menggambarkan bagaimana masyarakat yang berusaha sendiri sehingga
sukses, yaitu opor bebek awake dhewek
artinya bahwa seseorang yang memetik kesuksesan karena tekad yang kuat dalam
dirinya sendiri untuk belajar, berusaha dan melakukan sesuatu dengan
sungguh-sungguh untuk sebuah kesuksesan.
Sumber Referensi:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17541/1/log-apr2009-5%20%284%29.pdf
Sumber Referensi:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17541/1/log-apr2009-5%20%284%29.pdf