Filsafat mempunyai banyak cabang. Berikut diberikan
pembagian secara umum, menurut Aristoteles, Thomas Aquinas, Christian Wolff,
dan Jonathan Dolhenty.
Pembagian Secara Umum
No.
|
Cabang Filsafat
|
Obyek Studi
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Ontologi
Epistemologi
Psikologi Rasional
Theodicea
Logika
Etika
Filsafat Politik
Aksiologi
Estetika
|
hakikat realitas secara umum
pengetahuan
manusia
First Cause (Tuhan)
correct thinking
tindakan manusia
tujuan sosial manusia/negara
nilai
keindahan
|
Pembagian Menurut Aristoteles
No.
|
Cabang Filsafat
|
|
1. Propaedeutic/Introductory
3. Practical Philosophy
4. Poetical Philosophy
|
Logics
Physics
Mathematics
Metaphysics
Ethics
Politics
Art
|
Pembagian Menurut Thomas Aquinas
Propaedeutic
Speculative Philosophy
Practical Philosophy
|
Logic
Philosophy of Nature
Philosophy. of Mathematics
Philosophy of Being
Philosophy of Art
Philosophy of Morals
|
Cosmology
Psychology
---------
Ontology
Natural Theology
---------
Ethics
Political Philosophy
|
Pembagian Menurut Christian Wolff
Metaphysics
Normative Sciences |
General
Special
Logic
Ethics
Aesthetics
|
------------
Ontology
Psychology
Cosmology
Theodicy
------------
General
Special
------------
|
Filsafat dan Ilmu-ilmu lain
Ilmu
(science) adalah bangun pengetahuan yang bersifat sistematis (body of
systematized knowledge). Ilmu mempelajari satu bidang tertentu dari
realitas. Manusia dipelajari oleh beberapa ilmu sekaligus, seperti psikologi
(mempelajari tingkah laku), sejarah (mempelajari masa lampau), antropologi
(mempelajari budaya manusia), sosiologi (manusia dalam interaksi sosial),
teologi (manusia dalam hubungannya dengan Tuhan), dan sebagainya.
Cabang
filsafat yang mempelajari realitas secara keseluruhan adalah metafisika atau
metafisika umum. Sedangkan cabang lain mempelajari bagian tertentu dari
realitas, seperti manusia (filsafat manusia), kosmos (kosmologi), tindakan
manusia (etika), berpikir lurus (logika), pengetahuan (epistemologi), dan
sebagainya.
Bagian
tertentu dari realitas itu (manusia, Tuhan, kosmos, dll) dipelajari oleh
filsafat sebagai suatu keseluruhan, keutuhan.
Filsafat Manusia mempelajari manusia sebagai keseluruhan, sebagai suatu
keutuhan, tidak dipilah-pilah menjadi, misalnya, tingkahlakunya, jiwanya,
raganya, pengetahuannya, dan sebagainya. Sebaliknya, ilmu-ilmu manusia
mempelajari hanya aspek tertentu dari manusia, misalnya tingkahlaku (Psikologi,
interaksi sosial (Sosiologi), hubungan vertikal dengan Tuhan (Teologi), dan
seterusnya.
Filsafat
sama dengan ilmu dalam hal obyek material. Bedanya, ilmu mempelajari bidang
tertentu dari suatu realitas, sedangkan filsafat mempelajari keseluruhan
realitas tersebut. Dalam meneliti bidang tertentu dari realitas itu, ilmu
membatasi diri pada penelitian empiris, sedangkan filsafat ingin memperoleh
penjelasan lebih dalam.
Ilmu-ilmu
manusia seperti psikologi, sosiologi, antropologi, sejarah, ekonomi, politik,
sama dengan filsafat (khususnya filsafat manusia) dalam hal obyek material,
tapi berbeda dalam obyek formal. Ilmu-ilmu manusia itu menyelidiki salah satu aspek dari manusia,
sedangkan filsafat menyelidiki seluruh manusia.
Perbandingan Ilmu-ilmu Manusia dan Filsafat
Ilmu-ilmu
|
Obyek Material
|
Obyek Formal
|
1. Ilmu-ilmu
Manusia
2. Filsafat
|
(segi tertentu) manusia, misalnya
interaksi sosial, tingkahlaku, dsbnya.
(seluruh) manusia seperti tubuhnya,
jiwanya, penge- tahuannya, hubungan de- ngan Tuhan, hidup sesu- dah kematian,
masa lalu- nya, kebudayaannya, inter- aksi sosialnya, dsb.
|
secara empiris (melalui eksperimen,
kuesioner, laboratorium, dsb.)
secara mendalam (dengan refleksi)
|
Perbandingan Psikologi dan Filsafat
Ilmu
|
Obyek Material
|
Obyek Formal
|
Psikologi
Filsafat
|
(segi tertentu) manusia, yakni perilaku (behaviour)
(seluruh) manusia |
secara empiris (lewat eks-perimen,
penelitian, kue-sioner, laboratorium, dsb.
Secara mendalam (dengan refleksi)
|
Psikologi:
ilmu tentang perilaku manusia dan hewan; mencakup aplikasi ilmu pada
masalah-masalah manusia (C.T. Morgan). Metode: metode eksperimental, observasi
sistematik, metode klinis. Manusia sebagai individu.
Sosiologi:
mempelajari kehidupan sosial, kelompok dan masyarakat manusia (Anthony
Giddens). Jadi, perilaku manusia sebagai makluk sosial.
Filsafat
menyelidiki manusia yang utuh, secara keseluruhan. Ilmu dan filsafat saling
membutuhkan. Artinya, ilmu membutuhkan filsafat untuk menyelidiki azas-azas
ilmu itu sendiri; filsafat melakukan penyelidikan itu berdasarkan fakta dan
temuan terbaru ilmu-ilmu. Apa yang dihasilkannya tak boleh bertentangan dengan
hasil ilmu.
Filsafat dan Teologi
Filsafat
dan agama dibicarakan khusus sebab hubungan antara keduanya sangat dekat,
khususnya ontologi dan agama. Ontologi sering disebut puncak filsafat sebab
pertanyaan-pertanyaan ontologis langsung berhubungan dengan sikap manusia terhadap pertanyaan-pertanyaan paling
fundamental, yakni tentang Tuhan.
Dalam
Filsafat kebenaran diperoleh lewat penalaran rasio (refleksi), sedangkan dalam
agama kebenaran diperoleh melalui wahyu. Teologi memberikan pendasaran rasional
atas kebenaran yang diwahyukan. Orang dapat berfilsafat dalam cahaya kebenaran
agama. Oleh sebab itu adalah kekhawatiran yang tidak berdasar bahwa belajar
filsafat membuat orang jadi ateis.
Filsafat justru membuat kepercayaan agama tambah kokoh dengan memberikan
dasar rasionalnya
Sikap
satu-satunya terhadap wahyu adalah “mengimani” atau percaya. Titik. Bahwa dunia
dan seluruh isinya - termasuk manusia - diciptakan oleh Allah, seperti yang
diajarkan oleh agama, harus disikapi dengan iman. Padahal, ada banyak hal yang
masih tetap menjadi misteri. Tetapi, manusia adalah makluk rasional. Dengan
ketajaman akal budinya dia dapat merenung dan memikirkan tentang hakikat
realitas. Memang, kemampuan rasio terbatas. Tapi, ada kedalaman tertentu yang
mampu dicapai oleh rasio. Demikian pun terhadap apa yang diajarkan agama, rasio
dapat semampunya memberi penjelasan.
Poedjawijatna
mengibaratkan filsafat dan teologi dengan perahu dan mercu suar. Perahu adalah
filsafat, mercu suar adalah teologi. Mercu suar merupakan pemandu kapal atau
perahu di malam kelam untuk masuk ke pelabuhan dengan aman. Selama perahu
mengikuti arah mercu suar, ia akan aman, tidak menabrak karang atau penghalang
lain. Demikian pula, filsafat akan aman manakala mengikuti terang atau arah
dari teologi.
0 komentar:
Posting Komentar