Rabu, 07 Agustus 2013 2 komentar

Anak Berbakat

1. Siapa sebenarnya anak berbakat itu?
Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi tinggi karena memiliki kemampuan yang unggul. Kemampuan yang dimaksud tidak sebatas kemampuan melihat hubungan-hubungan logis dan mengadaptasi prinsip-prinsip abstrak kepada situasi konkret, tetapi juga memiliki kemampuan menggeneralisasikan, lebih dari orang lainnya. Oleh karenanya, kita dapat mendefinisikan anak berbakat itu sebagai anak yang : (1) memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata; (2) memiliki tanggung jawab (komitmen) yang tinggi terhadap tugas; (3) memiliki kreativitas yang tinggi. Dengan demikian, anak berbakat akan mampu mengembangkan sifat-sifat tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan di masyarakat.
Anak berbakat (gifted) harus dibedakan dengan anak genius. Karena anak genius adalah anak berbakat tetapi dengan taraf sangat tinggi (highly gifted) jauh di atas anak berbakat pada umumnya walaupun anak berbakat itu sendiri telah memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Berdasarkan teori Triarchic, pada prinsipnya ada 3 macam keberbakatan: Pertama, bakat analitik, yakni bakat dalam memilah masalah dan memahami bagian-bagian dari masalah tersebut. Kedua, bakat sintetik, yakni bakat dalam kemampuan intuitif, kreatif dan cakap dalam mengatasi situasi-situasi tertentu. Ketiga, bakat praktis, yakni bakat dalam analitik maupun sintetik dalam kehidupan sehari-hari
Bagian terpenting dari teori di atas menurut Stenberg adalah kemampuan mengkoordinasikan 3 aspek kemampuan dan bagaimana mengaplikasikannya untuk memperoleh keberhasilan. Oleh karena itu menurut Stenberg, orang yang berbakat adalah orang yang mampu mengelola sendiri cara berpikir yang baik.

Anak berbakat (gifted) punya kecerdasan di atas rata-rata (biasanya mempunyai IQ diatas 130) dan/atau punya bakat unggul di beberapa bidang, seperti seni, musik, atau matematika. Program untuk anak berbakat di sekolah biasanya didasarkan pada kecerdasan dan prestasi akademik. Namun, belakangan ini kriteria ini diperluas dengan memasukkan faktor-faktor seperti kreativitas dan komitmen (Renzulli & Reis, 1997).
Selasa, 06 Agustus 2013 0 komentar

Electroencephalograph (EEG)

Electroencephalograph (EEG) is a tool used for gauging and recording brain waves. In 1929, Hans Berger, the German psychiatrist, published the results of his experiments using the electroecenphalograph in recording human brain waves.

Four major brain waves exist: alpha has a frequency that ranges from 8 to 14 cycles per second (cps) and is found in the occipital part of the brain. Beta covers 14 to 30 cps. Delta wave includes frequencies that are below 5 cps. Theta wave covers the range between 5 and 8 cps. Alpha waves are more active during relaxation and light sleep. Nonetheless, their function is altered by deep mental activities. Beta waves, on the other hand, appear during mental concentration periods.


In 1935, the findings of collaborators Frederic Gibbs, William Lennox, and Hallowelle Davis from Harvard on the use of EEG in epilepsy was published. Since EEG poses no pain or side effects, it is broadly included as a medium for identifying brain irregularities. The EEG is instrumental in discovering a host of brain wave abnormalities. Persons who suffer from grand mal epilepsy have brain wave patterns that resemble spikes, while those with petit mal epilepsy have arch-shaped brain waves. Brain waves respond to physiological and chemical stimuli. For instance, the use of drugs will result in low-amplitude, high frequency brain waves. When we are asleep, the waves' pattern changes a few times. Dreaming frequently happens when the brain waves have high frequency but low amplitude.
0 komentar

Amnesia

The leading causes of amnesia are either physical or psychological. In antergrade amnesia, the subject is unable to recall the events that occur after a shock or an injury to the brain; however, past memories will not be lost. In retrograde amnesia, the patient is capable of recalling events that occur after the trauma; interestingly enough, information stored before the shock, is lost and cannot be retrieved. In paraamnesia, established memories are contorted. In psychogenic fugue, the subject may venture into a new lifestyle, trying to repress memories which lead to trepidation. The events happening during psychogenic fugue are non-retrievable. Nonetheless, the experiences that happened before the onset can be recovered. Among the most popular treatments for psychologically related amnesia are psychotherapy, the use of drugs, and hypnosis.
 
;