MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
(Ilmu Budaya Dasar)
Latar Belakang
Manusia
berevolusi dalam jangka waktu lebih-kurang empat juta tahun lamanya. Pada saat
ia muncul di muka bumi, tentu telah ada benih-benih dari kebudayaan. Telah ada
bahasa sebagai alat komunikasi untuk perkembangan sistem pembagian kerja dan
interaksi antara warga kelompok. Tentu saja ada kemampuan akal manusia untuk
mengembangkan konsep-konsep yang makin lama makin tajam, yang dapat disimpan
dalam bahasa, dan bersifat akumulatif. Mungkin ketika itu juga sudah ada alat-alatnya
yang pertama, berupa sebatang kayu untuk tongkat pukul, juga dapat berfungsi
sebagai senjata tusuk, dan gumpal-gumpal batu yang dipertajam pada sisi
belahannya dapat juga berfungsi sebagai alat potong.
Dengan
benih-benih kebudayaan berupa kemampuan akal dan beberapa peralatan sederhana
itu, manusia dapat hidup selama hampir 2 juta tahun. Kebudayaannya berevolusi
dengan lambat, sejajar dengan evolusi organismenya, dan baru 200.000 tahun
kemudian tampak sedikit kemajuan, ketika dari penemuan alat-alat sekitar
fosil-fosil homo neandertal terlihat,
bahwa kebudayaan manusia telah bertambah dengan kemampuan untuk menguasai api
dan mempergunakan energinya, serta kepandaian untuk membuat gambar-gambar pada
dinding gus, ysng berarti bahwa manusia mulai mengembangkan kesenian.
Berhubungan dengan itu, mungkin juga konsep-konsep dasar mengenai religi.
Manusia
merupakan satu jenis makhluk hidup di antara lebih dari sejuta jenis makhluk
lain, yang pernah atau masih menduduki alam dunia ini. Manusia dengan kemampuan
akal atau budinya, telah mengembangkan berbagai macam sistem tindakan demi
keperluan hidupnya sehingga menjadi makhluk yang paling berkuasa di muka bumi
ini. Namun demikian, berbagai macam sistem tindakan tadi harus dibiasakan
olehnya dengan belajar sejak lahir sampai saat ia mati. Hal itu karena
kemampuan untuk melaksanakan semua sistem tindakan itu tidak terkandung dalam
gen-nya, jadi tidak dibawa olehnya saat ia lahir.
Cara hidup manusia dengan berbagai
macam sistem tindakan tadi dijadikan sebagai objek penelitian dan analisis
sehingga aspek belajar merupakan aspek pokok. Itulah sebabnya dalam hal memberi
pembatasan terhadap konsep “kebudayaan” atau culture. Dalam bahasa sehari-hari “kebudayaan”dibatasi pada hal-hal
yang indah (seperti candi, tari-tarian, seni rupa, seni suara, kesusasteraan).
Sedangkan menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah: keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan dan tindakan kebudayaan itu adalah segala tindakan yang harus
dibiasakan oleh manusia dengan belajar (learned
behavior).
Hal tersebut berarti bahwa hampir
seluruh tindakan manusia adalah “kebudayaan” karena hanya sedikit tindakan
manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar,
yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan
akibat proses fisiologi, atau kelakuan membabi buta. Bahkan berbagai tindakan
manusia yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa dalam gen bersama
kelahirannya (seperti makan, minum, atau berjalan dengan kedua kakinya), juga
dirombak olehnya menjadi tindakan berkebudayaan. Manusia makan pada waktu-waktu
tertentu yang dianggapnya wajar dan pantas, ia makan dan minum dengan
alat-alat, cara-cara dan sopan santun atau protokol yang sering kali sangat
rumit, harus dipelajarinya dahulu dengan susah payah. Manusia berjalan tidak
hanya menurut wujud biologisnya yang telah ditentukan oleh alam, tetapi
merombak cara berjalannya dengan gaya seperti prajurit, berjalan dengan lemah
lembut, berjalan seperti peragawati dan sebagainya, yang semuanya harus
dipelajari dahulu.
A.
Manusia
Ada
dua pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan unsur yang
membangun manusia.
1. Manusia
itu terdiri dari empat unsur yang saling terkait yaitu:
a. Badan
kasar manusia yang nampak dari luar (Jasad)
b. Mengandung
unsur hidup yang ditandai dengan gerak (Hayat)
c. Daya
yang bekerja secara spiritual (Ruh)
d. Diri
atau keakuan yaitu kesadaran tentang diri sendiri (Nafsu)
2. Manusia
sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur yaitu:
a. Struktur
kepribadian yang paling primitif dan paling tidak tampak (Id)
b. Sebagai
kepribadian menghubungkan energi id ke dalam saluran sosial (Ego)
c. Struktur
kepribadian yang paling akhir dan muncul kira-kira usia 5 tahun (Superego)
Id,
Ego, dan Superego digunakan sebagai alat analisis bagi tingkah laku manusia.
Beberapa definisi manusia:
1. Manusia adalah makhluk utama, yaitu
diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas
dan hakikat hakikat yg mulia.
2. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah
kekuatannya yg luar biasa dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa
kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yg
bebas – kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah dan masyarakat
sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan
bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial,
kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan
3. Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah kualitasnya
yg paling menonjol; Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yg
menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yg
tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realita dan
peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba-indera dan akibat saja,
tetapi mengamati apa yg ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari
akibat. Dengan demikian ia melewati batas penginderaannya dan memperpanjang
ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke dalam waktu yg
tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat pegangan yg benar, luas dan
dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yg lebih mulia
daripada eksistensi.
4. Manusia adalah makhluk yg sadar diri.
Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai pengetahuan
atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan
menilai dirinya.
5. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek
kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam,
dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki
kekuatan ajaib-semu –quasi-miracolous– yg memberinya kemampuan untuk melewati
parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman
eksistensial yg tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk
menikmati apa yg belum diberikan alam
Hidup manusia mempunyai 3 taraf, yaitu:
1. Estetis: dalam kehidupan estetis manusia
mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang mengagungkan dan
mengungkapkan kembali karya dalam lukisan, tarian, nyanyian, dan lain-lain.
2. Etis: manusia meningkatkan estetis ke
dalam ringkatan manusiawi dalam bentuk keputusan bebas dan
dipertanggungjawabkan.
3.
Religius: manusia menghayati pertemuan
dengan Tuhan.
Umat manusia
selalu mempunyai perhatian yang hebat akan dirinya sendiri. Kecakapan manusia
untuk mengintrospeksi diri, keinginan individu untuk menjelajahi lebih mengenai
intisari diri mereka, tanpa terkecuali menghasilkan berbagai penyelidikan
mengenai kondisi manusia merupakan pokok jenis manusia
secara keseluruhan. Renungan diri adalah dasar dari filsafat dan telah
ada sejak awal pencatatan sejarah.
Manusia
kerap menganggap dirinya sebagai spesies dominan di Bumi, dan yang paling maju dalam
kepandaian dan kemampuannya mengelola lingkungan. Kepercayaan ini khususnya
sangat kuat dalam kebudayaan Barat, dan berasal dari bagian dalam
cerita penciptaan di Alkitab yang mana Adam secara khusus diberikan kekuasaan
atas Bumi dan semua makhluk. Berdampingan dengan anggapan kekuasaan manusia,
kita sering menganggap ini agak radikal karena kelemahan dan singkatnya
kehidupan manusia (Dalam Kitab Suci Yahudi, misalnya, kekuasaan manusia
dijanjikan dalam Kejadian 1:28,
tetapi pengarang kitab Pengkhotbah meratapi
kesia-siaan semua usaha manusia).
Ahli
filsafat Yahudi, Protagoras telah
membuat pernyataan terkenal bahwa "Manusia adalah ukuran dari
segalanya; apa yang benar, benarlah itu; apa yang tidak, tidaklah itu".
Aristotle
mendeskripsikan manusia sebagai "hewan komunal" (ζωον πολιτικον),
yaitu menekankan pembangunan masyarakat sebagai pusat pembawaan alam manusia,
dan "hewan dengan sapien" (ζωον λογον εχων, dasar rasionil hewan),
istilah yang juga menginspirasikan taksonomi spesies, Homo sapiens.
Pandangan
dunia dominan pada abad pertengahan Eropa berupa keberadaan manusia yang
diciri-cirikan oleh dosa, dan tujuan
hidupnya adalah untuk mempersiapkan diri terhadap pengadilan akhir setelah kematian. Pencerahan / pewahyuan
digerakkan oleh keyakinan baru, bahwa, dalam perkataan Immanuel Kant, "Manusia
dibedakan di atas semua hewan dengan kesadaran-dirinya, yang mana ia adalah
'hewan rasionil'". Pada awal abad ke-20, Sigmund Freud melancarkan
serangan serius kepada positivisme mendalilkan
bahwa kelakuan manusia mengarah kepada suatu bagian besar yang dikendalikan
oleh pikiran bawah sadar.
Dari titik
pandang ilmiah, Homo sapiens memang berada di antara spesies yang paling
tersama-ratakan di Bumi, dan hanya
ada sejumlah kecil spesies tunggal yang menduduki lingkungan beraneka-ragam
sebanyak manusia. Rupa-rupa usaha telah dibuat untuk mengidentifikasikan sebuah
ciri-ciri kelakuan tunggal yang membedakan manusia dari semua hewan lain,
misal: Kemampuan untuk membuat dan mempergunakan perkakas, kemampuan untuk
mengubah lingkungan, bahasa dan perkembangan struktur sosial majemuk. Beberapa
ahli antropologi berpikiran bahwa ciri-ciri yang siap diamati ini
(pembuatan-perkakas dan bahasa) didasarkan pada kurang mudahnya mengamati
proses mental yang kemungkinan unik di antara manusia: kemampuan berpikir
secara simbolik, dalam hal
abstrak atau secara logika. Adalah
susah, namun, untuk tiba pada suatu kelompok atribut yang termasuk semua
manusia, dan hanya manusia, dan harapan untuk menemukan ciri-ciri unik manusia
yang adalah masalah dari renungan-diri manusia lebih daripada suatu masalah
zoologi.
B.
Hakekat
Manusia
Pada
hakekatnya manusia adalah:
1. Makhluk
ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh
(hanya untuk sementara)
2. Makhluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan mahkluk lain.
Perasaan diri manusia
ada dua macam:
a. Perasaan
indrawi
b. Perasaan
rohani, contohnya:
1) Perasaan
intelektual
2) Perasaan
estetis
3) Perasaan
etis
4) Perasaan
diri
5) Perasaan
sosial
6) Perasaan
religius
3. Makhluk
biokultural yaitu makhluk hayati dan budayawi
4. Makhluk
ciptaan Tuhan yang terkait dengan lingkungan (ekologi) mempunyai kualitas dan
martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.
Hakekat
manusia adalah sebagai berikut:
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat
menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung
jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif
mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan
dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan
membuat dunia lebih baik untuk ditempati
f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya
merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang
mengandung kemungkinan baik dan jahat.
h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan
martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial
Hakekat Manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, diciptakan dalam bentuk paling sempurna. Manusia adalah
makhluk spiritual yang akan menjalani fase-fase peristiwa kehidupan baik
sebelum lahir, sekarang maupun setelah mati.
Kalimat diatas mungkin terlalu
filosofis, namun sebenarnya merupakan istilah sederhana yang bisa dipahami.
Spiritual merupakan aspek non fisik yang mampu memberikan kekuatan manusia
untuk lebih dari sekedar hidup. Bukti akan hakekat manusia sebagai makhluk
spiritual mungkin dapat ditunjukkan dengan beberapa contoh berikut.
Ketika
menjalani hidup sehari-hari, manusia tidak selamanya dalam kondisi bahagia.
Namun kadang mengalami musibah, nikmat, susah, senang, sedih bahkan terkadang
merasakan kesuksesan diluar rencana.Semuanya itu datang silih berganti seperti
sudah ada keteraturan. Inilah salah satu nuansa spiritual yang ada pada
manusia.
Dalam hal
rasa, manusia mempunyai interpretasi berbeda-beda tentang apa yang dirasakan
hati. Perasan senang, susah, enak ataupun nggak enak merupakan fenomena hati
yang sudah biasa terjadi. Tukang becak yang tiduran di halte kadang lebih pulas
daripada pengusaha yang tidur di hotel berbintang. Orang miskin yang pandai
bersyukur akan lebih kaya dari konglomerat yang gila dunia. Semuanya tergantung
dari bagaimana seseorang menyikapi apa yang dialaminya.
Perasaan manusia
tidak mutlak adanya. Jika ia merasakan sesuatu pasti ia merasakan hal lain yang
paradoks dengan apa yang ia rasakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa senang yang
sebenar-benarnya senang itu tidak ada. Yang ada adalah senang yang diliputi
susah ataupun susah yang diliputi senang. Sebagai contoh kalau kita berjuang
memajukan merpati putih, yang kita rasakan adalah susah karena capek
memikirkan, bertindak, beinovasi. Namun dibalik kesusahan itu ada perasaan
bangga dan gembira melihat apa yang telah kita perjuangkan.
Pada dasarnnya
ada tiga aspek pokok dalam diri manusia yaitu fisik, mental dan spiritual.
Aspek fisik merupakan segala hal yang dapat dirasakan oleh panca indra manusia.
Aspek mental yang membedakan manusia dengan dengan makhluk lain. Dengan adanya
mental manusia dapat berfikir, mempertimbangkan dan mengambil keputusan untuk
suatu permasalahan. Sedangkan spiritual dapat diibaratkan sebagai navigator
kehidupan. Dia yang akan memberikan warna dan arah dari kehidupan yang dijalani
manusia
Sifat
Hakekat manusia:
Sifat hakikat manusia menjadi bidang
kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi. Landasan dan tujuan pendidikan
sifatnya filosifis normatif. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan
landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis
dan universal tentang ciri hakiki manusia. Bersifat normatif karena pendidikan
mempunyai tugas untuk menumbuh-kembangkan sifat hakikat manusia tersebut
sebagai sesuatu yang bernilai luhur.
Adapun Sifat
hakikat manusia diartikan sebagai ciri–ciri karakteristik, yang secara
prinsipil (bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan.
Beberapa filsuf seperti Socrates menamakan manusia itu Zoon
Politicon (hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia
sebagai das Kranke Tier (hewan yang sakit) yang selslu gelisah dan bermasalah.
Kenyataan dan
pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira hewan dan
manusia itu hanya berbed secara gradual, yaitu suatu perbedaan yang dengan
melalui rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadaanya, misalnya air karena
perubahan temperature lalu menjadi es batu. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa
pendidikan orang utan dapat dijadikn manusia. Upaya manusia untuk mendapatkan
keterangan bahwa hewan tidak identik dengan manusia telah ditemukan. Charles
Darwin (dengan teori evolusunya) telah berjuang untuk menemukan bahwa manusia
berasal dari primat atau kera, tetapi teryata gagal. Ada misteri yang dianngap
menjembatani proses perubahan dari primat ke manusia yang tidak sanggup
diungkpkan yang disebut The Missing Link yaitu
suatu mata rantia yang putus. Jelasnya tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan
bahwa mausia muncul sebagai ubah dari primat atau kera melalui proses evolusi
yang bersifat gradual.
C.
Kepribadian
Bangsa Timur
Kepribadian
bangsa timur dapat diartikan suatu sikap yang dimiliki oleh suatu negara yang
menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Kepribadian bangsa timur
pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai sifat toleransi yang tinggi.
Kepribadian bangsa timur sangat identik dengan benua Asia khususnya Indonesia.
Kepribadian bangsa timur identik menjunjung nilai kesopanan yang lebih tinggi
dibanding budaya barat. Selain itu, kepribadian bangsa timur khususnya
Indonesia juga lebih terbuka dan ramah tamah serta lebih bersahabat. Bangsa
timur juga amat peduli dengan orang lain hal ini dibuktikan dengan adanya sikap
saling tolong menolong dengan sesama dan bergotong royong. Dan kebanyakan
masyarakatnya lebih agamis.
Bangsa timur
identik dengan benua asia yang penduduknya sebagian besar berambut hitam,
berkulit sawo matang dan adapula yang berkulit putih, bermata sipit. Sebagian
besar cara berpakaian orang timur lebih sopan dan tertutup mungkin karena orang
timur kebanyakan memeluk agama islam dan menjunjung tinggi norma-norma yang
berlaku. Namun di zaman yang sekarang ini orang timur kebanyakan meniru
kebiasaan orang barat. Kebiasaan orang barat yang tidak sesuai atau yang
bertentangan dengan kebiasaan/ adat istiadat orang timur dapat memengaruhi
kejiwaan orang timur itu sendiri.
Pada umumnya
unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan
kebendaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan
sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya: Handphone,
komputer, dan lain-lain.
Namun ada
pula unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit diterima adalah misalnya:
1) Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti
ideologi, falsafah hidup dan lain-lain.
2) Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses
sosialisasi.
3) Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai
individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk
melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai
orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.
4) Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi,
selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Berbagai
faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru
diantaranya:
1) Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak
dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat
tersebut.
2) Jika pandangan hidup dan nilai yang dominan dalam
suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
3) Corak struktur sosial suatu masyarakat turut
menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan
sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4) Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah
ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur
kebudayaan yang baru tersebut.
5) Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan
yang terbatas.
Kita tidak bisa selalu mengatakan budaya timur itu lebih baik daripada
budaya barat, menurut saya situasi dan kondisi berperan sangat penting untuk
menentukan berdasarkan budaya mana orang harus menyelesaikan suatu masalah. Kita dituntut untuk memiliki beberapa pertimbangan yang
bersifat menyeluruh, pada budaya timurlah kita memiliki kelebihannya.
D.
Pengertian
Kebudayaan
Definisi
kebudayaan di bawah ini tampaknya kebanyakan definisi dan pemakaiannya telah
mengaburkan perbedaan penting antara kebudayaan sebagai pola untuk perilaku
dengan pola dari perilaku.
Dari definisi-definisi
kebudayaan tersebut dapat dinyatakan bahwa inti pengertian kebudayaan mengandung
beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut :
a. Kebudayaan
itu beraneka ragam.
b. Kebudayaan
itu diteruskan melalui proses belajar.
c. Kebudayaan
itu terjabarkan dari komponen biologi, psikologi, sosiologi, dan eksistensi
manusia.
d. Kebudayaan
itu berstruktur.
e. Kebudayaan
itu terbagi dalam aspek-aspek.
f. Kebudayaan
itu dinamis.
g. Nilai-nilai
dalam kebudayaan itu relatif (sadeli, dkk, 1985)
Menurut E.B. Taylor, kebudayaan adalah komplek yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan kemampuan lain serta kebiasaan kebiasaan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Sumarjan dan Soelaeman Sumarno,
kebudayaan adalah sebagai hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Menurut Sultan Takdir Alisyahbana, kebudayaan adalah
manifestasi dari cara berpikir.
Menurut Van Peursen, kebudayaan adalah sebagai
manifestasi kehidupan setiap orang dan kehidupan setiap kelompok orang-orang
berlainan dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begitu saja di tengah
alam, melainkan selalu mengubah alam.
Menurut
Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi
pekertinya. Setiap kebudayaan memiliki wujud dan unsur kebudayaan.
Menurutnya
kebudayaan itu terdiri dari tiga wujud yaitu :
1. Wujud
sebagai suatu kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia, atau sistem
budaya.
2. Wujud
sebagai kompleks aktivitas atau system sosial.
3. Wujud
sebagai benda atau kebudayaan fisik.
Menurut A.L.
Krober dan C. Kluckhohn, kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja
jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
Setiap
kebudayaan memiliki tujuh unsur kebudayaan universal,yaitu:
1. Sistem
religi dan upacara keagamaan merupakan produk manusia sebagai homo religius.
2. Sistem
organisasi kemasyarakatan merupakan produk dari manusia sebagai homo socius.
3. Sistem
pengetahuan merupakan produk manusia sebagai homo sapiens.
4. Sistem mata
pencaharian hidup yang merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus.
5. Sistem
teknologi dan perlengkapan hidup manusia merupakan produk manusia sebagai homo
faber.
6. Bahasa
merupakan produk manusia sebagai homo languens.
7. Kesenian
merupakan hasil dari manusia dalam keberadaannya sebagai homo esteticus.
Ciri-ciri kebudayaan adalah:
1. Produk
manusia/ ciptaan manusia
2. Bersifat
sosial, kebudayaan tidak pernah dihasilkan secara individual
3. Diteruskan
melalui proses belajar
4. Bersifat
simbolik karena mengekspresikan manusia dan segala upayanya untuk mewujudkan
dirinya
5. Sistem pemenuhan
berbagai kebutuhan manusia. Manusia memenuhi kebutuhan dengan cara beradab/
manusiawi
Kebudayaan juga mengalami suatu perubahan, hal ini
secara umum dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Proses perubahan
kebudayaan dapat terjadi secara evolusi dan revolusi. Dalam perubahan
kebudayaan tersebut diatas tidak jarang terjadi cultural lag, yaitu suatu
keadaan masyarakat yang mengalami kesenjangan antara budaya material dengan
budaya non material. Hal ini misalnya dapat dilihat dengan semakin jauhnya
jarak antara kebudayaan ideal dengan kebudayaan real. Kesenjangan budaya yang
berlarut-larut dapat menimbulkan berbagai masalah sosial atau kerawanan sosial,
perilaku menyimpang, munculnya subculture dalam masyarakat (Horton, dan Hunt,
1991).
Sehubungan dengan hal itulah maka terus diupayakan
adanya berbagai system pengendalian sosial, dengan nuansa sosiokultural atau
kearifan local masyarakat setempat. Baik yang bersifat formal maupun nonformal,
skala dan niskala (Mudana,2000). Hal itu terefleksikan dalam berbagai model
manajemen konflik. Sehingga tujuan kehidupan masyarakat dapat diwujudkan.
E.
Unsur-Unsur
Kebudayaan
A. Menurut
Melville J. Herkovits, unsur kebudayaan yaitu:
1. Alat-alat
teknologi
2. Sistem
ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuatan
politik
B. Menurut
Bronislaw Malinowski, unsur kebudayaan yaitu:
1. Sistem
norma
2. Organisasi
ekonomi
3. Alat-alat
atau lembaga atau petugas pendidikan
4. Organisasi
kekuatan
C. Menurut
C. Kluckhohn, unsur kebudayaan yaitu:
1. Sistem
religi, sistem kepercayaan
2. Sistem
organisasi kemasyarakatan
3. Sistem
pengetahuan, bahasa, dan kesenian
4. Sistem
mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
5. Sistem
teknologi dan peralatan
F.
Wujud
Kebudayaan
Wujud
Kebudayaan yaitu:
1. Wujud
Ideal
Sebagai suatu komplek
dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan. Wujud
ideal dapat kita sebut adat, tata kelakuan, adat istiadat.
2. Sistem
Sosial
Sebagai suatu komplek
aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Sistem sosial ini
terdiri dari manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan
lain menurut pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan.
3. Kebudayaan
Fisik
Merupakan wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
G. Orientasi Nilai Budaya
Menurut
C. Kluckhohn bahwa yang menentukan orientasi nilai budaya manusia didunia
adalah 5 dasar yang bersifat universal yaitu sebagai berikut:
1.
Hakekat hidup manusia (baik dan buruk)
2. Hakekat karya manusia (sumber hidup,
sumber kedudukan, kehormatan, harga diri dalam masyarakat, dan gerak hidup)
3.
Hakekat waktu manusia (masa lampau dan
masa yang akan datang)
4.
Hakekat alam manusia (dahsyat, dapat
dilawan, baik, dan indah)
5.
Hakekat hubungan manusia (horizontal,
vertikal, dan individualis-tis)
H. Perubahan Kebudayaan
Terjadinya
perubahan kebudayaan disebabkan oleh:
1. Sebab-sebab
yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri. Misalnya: perubahan
jumlah dan komposisi penduduk.
2. Sebab-sebab
perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang
hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan
kebudayaan lain cenderung untuk berubah lebih cepat.
Jadi perubahan kebudayaan adalah
perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga
masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan antara lain aturan-aturan,
norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga selera, rasa
keindahan (kesenian) dan bahasa.
Akulturasi/ perubahan kebudayaan terjadi
apabila suatu, kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada
unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga
unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu
sendiri,
I.
Kaitan
Manusia Dan Kebudayaan
Hubungan
antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara
manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis.
Proses dialektis ini
tercipta melalui tiga tahap yaitu:
1. Eksternalisasi
Proses dimana manusia
mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui eksternalisasi ini
masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia
2. Objektifitas
Proses dimana
masyarakat menjadi realitas objektif yaitu suatu kenyataan yang terpisah dan
berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata
sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
3. Internalisasi
Proses dimana
masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya manusia mempelajari kembali
masyarakat sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi
kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Kaitan manusia dan
kebudayaan adalah:
1. Secara
sederhana
a. Manusia
sebagai pelaku kebudayaan
b. Kebudayaan
merupakan objek yang dilaksanakan manusia
2. Menurut
sosiologi
a. Manusia
menciptakan kebudayaan
b. Kebudayaan
mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya
Studi Contoh Kasus dan Analisa
Mengingat bahwa sebuah
kebudayaan itu diciptakan,dibentuk,dan dialami oleh manusia sendiri. Tak
sedikit bahwa kebudayaan yang dibentuk terbentur dengan perkembangan
zaman.Dizaman yang semakin modern mengakibatkan kebudayaan yang diwariskan oleh
pendahuluan mengalami kesulitan untuk mengikuti perkembang yang semakin maju
dan modern. Hal yang signifikan terlihat dari pergeseran nilai-nilai budaya itu
sendiri. Perubahan-perubahan ini mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan perubahan dalam bentuk juga
aturan-aturan organisasi social. Perubahan kebudayaan akan berjalan
terus-menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya . Misalnya saja dalam
bidang teknologi pertanian. Dizaman yang serba modern dimana kebutuhan harus
cepat terpenuhi banyak dikembangan teknologi kultur jaringan maupun hidroponik.
Faktor pendorong lainnya adalah adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki
potensi mudah berubah, terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi (kebudayaan material).
Adanya individu-individu yang
mudah menerima unsur-unsur perubahan kebudayaan, terutama generasi muda. Generasi
muda adalah generasi penerus. Namun, akhir-akhir banyak dijumpai generasi muda
yang tidak paham akan budayanya sendiri sebaliknya mereka lebih tertarik dengan
budaya-budaya luar yang masuk tanpa adanya filter terlebih dahulu. Hal
semacam inilah yang menimbulkan benturan kebudayaan. Contoh kasus adalah
anak punk di Aceh, Aceh dikenal dengan julukan serambi mekkah karena merupakan
wilayah pertama yang memeluk islam. Sebagai tempat bernuansa islam dahulu aceh
tidak mengenal budaya punk yang notabene berasal dari barat. Ini menunjukkan
bahwa generasi muda yang ada diaceh telah terpengaruh aliran barat dengan
mengikuti budaya ini.
Sumber
v Muhammad,
Abdulkadir. 2006.
Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: PT. Citra
Aditya Bakti.
v Setiadi, Elly M. 2006. Ilmu
Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group.
v Herimanto
dkk. 2009. Ilmu
Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
v Siswarini, Indra. 2007. Ilmu
Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti
Diknas.
v Lysna dkk. 2010. Bahan
Ajar Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
v Koentjaraningrat. 2009. Pengantar
Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
v Henslin, James M. 2006. Sosiologi
Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar