I.               PENDAHULUAN
Zaman semakin berkembang, teknologi pun semakin canggih dan mutakhir. Salah satu teknologi yang semakin berkembang yaitu teknologi internet. Di era globalisasi ini, manusia bisa mendapatkan informasi secara cepat dengan adanya perkembangan teknologi internet ini. Teknologi internet sangat membantu manusia dalam berbagai hal, seperti berkomunikasi jarak jauh, mencari referensi dalam mengerjakan tugas, membuat publikasi, berbagi hasil penelitian, bermain video online, dan melakukan serta mengerjakan berbagai tes/ ujian.
Salah satu tes yang kini berkembang di dunia virtual/ dunia maya dalam perkembangan teknologi internet ini adalah tes psikologi. Kini tes psikologi telah ada secara instan atau online dan berkembang banyak melalui dunia maya. Tes psikologi banyak dibutuhkan dan digunakan. Istilah tes mengandung unsur pemeriksaan dan pengujian. Seperti tes-tes lain, baik tes fisik, tes laboratorium, tes prestasi, maupun tes bakat, tes psikologis berguna untuk membantu mengambil keputusan. Hasil tes ini dapat dipakai untuk melihat status klien atau pasien. Tes psikologis dapat pula digunakan untuk menentukan diagnosis, melihat gaya kognitif, hubungan sosial, pola kepribadian, ataupun kestabilan emosi klien atau pasien. Psikotes juga dapat digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan organis, evaluasi sebelum pembedahan, deteksi awal, dan prediksi kemungkinan adanya gangguan mental yang lebih serius.
Tes psikologi adalah suatu teknik yang terstruktur yang digunakan untuk menghasilkan satu contoh perilaku terpilih. Contoh perilaku ini digunakan untuk membuat kesimpulan tentang atribut-atribut psikologis dari seseorang yang sedang dites. Beberapa contoh atribut orang adalah intelegensi, self esteem (harga diri), need for achievement (kebutuhan berprestasi), dan sebagainya. Tes ini ada beberapa jenis. Beberapa tes melibatkan situasi open-ended dengan stimulus standar (misalnya: serangkaian gambar); cara ini sering digunakan untuk mengeluarkan respon-respon yang bersifat pribadi (seperti misalnya komposisi cerita dalam merespon gambar-gambar). Tes-tes yang lain melibatkan situasi yang sangat terstruktur dimana rentang jawaban yang mungkin sempit dan jawabannya hanya salah dan benar.
Kali ini saya akan menuliskan pandangan saya tentang psikotest yang ada di internet. Saya akan membahasnya mengenai teori yang relevan, studi analisis, dampak-dampak yang terjadi dan penilaian saya terhadap sisi positif dan sisi negatifnya. Tulisan ini saya angkat dengan tema psikotest di internet dan judul "Fenomena Tes Psikologi Yang Ada di Internet". Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca.

II.             LANDASAN TEORI
A.                      Pengukuran Psikologis
Pengukuran psikologis dapat berupa berbagai skala yang dibakukan oleh penggunaannya. Apabila skala-skala tersebut sudah menjadi suatu kesatuan terbakukan berikut norma penggunaannya, kesatuan itu dapat disebut tes psikologis. Apabila berdiri sendiri, pengukuran dapat disebut skala yang dapat disusun oleh peneliti sendiri, bergantung pada teori yang diacu. Dapat pula pengukuran disusun berdasarkan sikap terhadap suatu hal atalu peristiwa dan disebut skala sikap. Skala perilaku dapat disusun berdasarkan hsil pengamatan dan wawancara. Nama skala dapat disesuaikan dengan apa yang diukur.
Pengukuran psikologis juga digunakan dengan unit analisis suatu masyarakat, lembaga, organisasi, jejaring sosial, jejaring kerja lokal dan global. Biasanya pengukuran psikologis disusun berdasarkan hasil penelitian kualitatif yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pendekatan kualitatif dan kuantitatif akan saling melengkapi.
Tes-tes bukan suatu yang gaib atau sesuatu yang misterius. Ada cara standar untuk menghasilkan sampel perilaku orang. Tetapi pengukuran perilaku ini dipertimbangkan lebih informatif daripada pengukuran berdasarkan observasi yang acak dari perilaku seseorang.
Nilai khusus cara pengukuran seperti ini adalah (Morgan dkk,. 1986):

  1. Seragam. Prosedur ditentukan secara tepat sehingga tester yang berbeda akan mengikuti langkah-langkah yang sama setiap kali mereka melakukan tes. Ini berarti bahwa hasil tes dari orang yang berbeda (atau orang yang sama dites pada saat yang berbeda) dapat dibandingkan secara langsung.
  2. Objektif. Aturan untuk penilaian diuraikan dengan jelas, seperti aturan untuk pelaksanaan tes. Jadi, masukan subjektif dari tester diminimalkan dan potensi adanya bias pribadi dalam skoring tes selalu dapat dikontrol.
  3.  Dapat diinterpretasikan. Tes-tes yang lebih baik telah dijadikan subjek penelitian yang membuat skor tes punya arti untuk ahli psikologi. Contohnya, penelitian mungkin menunjukkan apa ciri-ciri dari orang yang cenderung dihubungkan dengan skor yang rendah atau tinggi.

B.                      Jenis-Jenis Tes
Tes telah dikembangkan untuk mengukur karakteristik-karakteristik atau ciri-ciri manusia yang banyak sekali. Di antara tes-tes yang paling banyak digunakan adalah tes yang didesain untuk mengukur apa yang telah dipelajari orang yaitu ketrampilan-ketrampilan seperti membaca dan aritmatik dan informasi umum tentang apa yang sudah dicapai seseorang. Tes prestasi ini telah dikembangkan dan distandarisasi untuk tingkat pendidikan yang merentang dari prasekolah sampai perguruan tinggi. Tes prestasi ini lebih banyak dipakai oleh para pendidik daripada psikolog. Para psikologi lebih suka menggunakan tes ability (tes kemampuan) dan tes kepribadian (Morgan dkk., 1986). Dengan demikian Morgan mengklasifikasikan tes menjadi 3 jenis, yaitu: 

  1. Tes prestasi 
  2. Tes ability (kemampuan) 
  3. Tes kepribadian
Sementara itu Saifudin Azwar (1987) membagi tes menjadi 4 jenis, yaitu:

  1. Tes yang mengukur intelegensi umum (general intelligence tests) yang biasa dikenal sebagai tes IQ. Tes ini merupakan tes standar yang sudah harus memenuhi berbagai kualitas. Contoh lainnya yaitu TPA (Tes Potensi Akademik), TOEFL (Test of English Foreign Language). Contoh lainnya yang lebih sederhana adalah NEM dan IPK. 
  2. Tes yang mengukur kemampuan khusus (special ability test). Tes jenis ini disebut juga tes bakat, dan dimaksudkan untuk mengungkapkan kemampuan potensial atau kemampuan yang belum muncul pada diri subjek. Dari hasil tes jenis ini diharapkan dapat diperoleh suatu prediksi mengenai keberhasilan subjek dibidang tertentu, apabila ia diberi kesempatan untuk menunjukkan prestasinya dibidang tersebut. Contohnya, pertanyaan-pertanyaan yang diambil untuk ketrampilan dalam memecahkan masalah-masalah umum atau pengetahuan bahasa. 
  3. Tes yang mengukur prestasi (achievement test). Tes prestasi dimaksudkan sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar. 
  4. Tes yang mengungkap aspek kepribadian (personality asessment). Hasil pengukuran kepribadian dinyatakan dalam bentuk deskripsi kualitatif yang kemudian diikuti oleh kategorisasi menurut aspek kepribadian mana yang diungkap.

C.                      Karakteristik Tes Yang Baik
Banyak segi dari kemampuan dan kepribadian menarik minat ahli psikologi, dan tes-tes ini telah direncanakan untuk mengukur banyak segi tadi. Karena itu, langkah penting pertama dalam kebanyakan tes psikologi adalah memilih suatu tes yang jelas-jelas difokuskan pada kemampuan atau kepribadian tertentu. Langkah penting lainnya adalah meyakinkan diri bahwa tes yang telah dipilih itu akan memberi informasi yang benar-benar bernilai.
Ada tiga ciri paling penting dalam memilih suatu tes psikologi yaitu: reliabilitas, validitas, dan norma. 
1. Reliabilitas 
Suatu tes yang baik harus tinggi reliabilitasnya. Ini berarti bahwa skor tes harus memiliki hasil yang sama meski dilakukan oleh tester yang berbeda, atau diskor oleh orang yang berbeda, bentuk tes yang diberikan berbeda, dan orang yang sama melakukan tes pada waktu yang berbeda hasilnya harus tetap sama. Reliabilitas biasanya dicek dengan membandingkan serangkaian skor-skor yang berbeda. 
2. Validitas
Artinya tes harus benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas paling banyak diukur dengan menyelidiki bagaimana skor tes itu berhubungan dengan beberapa kriteria, yaitu beberapa perilaku, prestasi pribadi, atau karakteristik-karakteristik yang menunjukkan ciri-ciri yang ingin diukur dari tes tersebut. 
3. Norma
Norma adalah serangkaian skor yang ditetapkan oleh kelompok-kelompok yang representatif dari orang-orang yang dituju oleh tes tersebut. Skor-skor yang diperoleh dari kelompok-kelompok ini memberi suatu dasar untuk melakukan interpretasi skor individu lain.

III.           STUDI ANALISIS
Berikut beberapa link-link situs psikotest online yang terdapat di internet secara gratis:
·         www.psikometrika.com
·         http://www.lumosity.com
·         www.quickiqtest.net/indonesian
Dalam tulisan ini saya memiliki beberapa pandangan terhadap psikotest yang ada di internet. Berikut pandangan saya menilai dari sisi positif dan sisi negatif nya:
Sisi Positif:
Menghemat waktu, lebih cepat, fleksibel, efisien karena dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja dengan menggunakan internet. Hasil tesnya langsung dapat diketahui tanpa menunggu waktu yang cukup lama, dapat berlatih terlebih dahulu secara klasikal dan bisa dilakukan berulang kali secara instan sebelum mengikuti tes sesungguhnya seperti seleksi pekerjaan pada perusahaan-perusahaan.
Dengan teknologi internet ini kita dapat mengirimkan pesan instan melalui e-mail seperti surat lamaran/ curriculum vitae (CV), essay writing. Kesederhanaan e-mail yang berbasis prosedur teknologi internet dapat di implementasikan dengan mudah oleh perusahaan-perusahaan.
Selain itu, membantu mengembangkan sejumlah peneliti-peneliti terhadap penelitian alat dan panduan psikotest yang telah tersedia melalui mediasi/ perantara dengan penggunaan teknologi internet ini. Perkembangan teknologi internet juga bisa digunakan dalam hal chatting, berkomunikasi jarak jauh melalui dunia maya, psikotes yang digunakan dalam hal ini terutama untuk tes wawancara.
Sisi Negatif:
Banyaknya informasi yang diterima sering kali membuat kita kesulitan dalam memilah prioritas dan menentukan kebenaran informasi tersebut. Bahkan tidak jarang orang percaya begitu saja terhadap informasi yang diterimanya, tanpa terlebih dahulu menyelidiki kebenaran dari informasi yang dia terima (Dewin, 2010).
Bermasalah dapat hal menarik kesimpulan tentang penggunaan internet. Dikarenakan kurangnya validitas dan norma yang sesuai dan tepat terhadap keaslian dan kesungguhan interpretasinya. Dalam hal ini validitas yang digunakan hanyalah bersifat termodulisasi dan kaku karena sudah terpogram oleh hasil input dan outputnya. Alat tes psikologi yang dibuat simulasinya hanyalah berdasarkan indikasi-indikasi yang sudah ditetapkan sesuai apa yang sudah diprogramkan tanpa melihat aspek-aspek sperti observasi, wawancara dan hal-hal lain yang mendukung data tersebut menjadi valid.
Tidak adanya kontrol, pengetahuan, pengamatan secara langsung kepada testee. Misalnya dalam hal pengerjaan psikotes melalui internet, tester tidak dapat melakukan pengamatan bahasa tubuh atau nada suara. Adanya kemungkinan testee untuk melanggar instruksi yang telah diberikan dan tidak dapat melihat kekonsistenannya dalam mengerjakan psikotes tersebut.
Hasil tes bersifat sederhana karena penyajiannya secara cepat dan langsung dapat diketahui ketika selesai mengerjakan tes. Hal tersebut dapat mempengaruhi orang-orang yang berprofesi sebagai tester (yang melakukan pemeriksaan psikologis/ alat- alat tes psikologi), lapangan pekerjaan mereka diambil alih oleh mesin-mesin yang diprogramkan untuk dapat melakukan tes-tes psikologi secara online. Tidak adanya konsultasi konseling dan penjelasan secara rinci dan lengkap terhadap hasil tes tersebut.
Tidak mengindahkan etika yang ada dan kurang menghormati peran kode etik pekerjaan. Kerahasiaan alat tes dan program tes psikologi akan semakin terancam. Dikarenakan banyaknya alat tes psikologi dan hanya orang-orang yang berprofesi sebagai tester yang dapat mengetahui alat tes psikologi mana yang cocok dan sesuai dengan diagnosa dan analisanya dari klien atau testeenya. 
Berdampak pula berkurangnya lahan pekerjaan pada orang-orang yang berprofesi sebagai tester karena kurangnya minat masyarakat untuk melakukan tes psikologis secara langsung.
Itulah tulisan pandangan saya terhadap psikotest yang ada di internet. Kesimpulannya kita harus bisa memilah informasi dan menentukan kebenaran informasi tersebut. Dalam hal ini jangan langsung mudah percaya dengan tes-tes psikologis yang ada di internet.

IV.          REFERENSI
Ø Prabowo, H., Riyanti, B. P. D. (1998). Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum 2. Jakarta:
       Universitas Gunadarma.
Ø  Prawitasari, J. E. (2011). Psikologi Klinis: Pengantar Terapan Mikro & Makro.
       Jakarta: Erlangga.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;