Senin, 24 Desember 2012

Cabang-Cabang Filsafat Dan Perbandingan Dengan Ilmu-Ilmu Lain

Cabang-cabang Filsafat

Filsafat mempunyai banyak cabang. Berikut diberikan pembagian secara umum, menurut Aristoteles, Thomas Aquinas, Christian Wolff, dan Jonathan Dolhenty.   
Pembagian Secara Umum
No.
Cabang Filsafat
Obyek Studi

1
2
3
4
5
6


8
9


Ontologi
Epistemologi
Psikologi Rasional 
Theodicea
Logika
Etika
Filsafat Politik
Aksiologi
Estetika

hakikat realitas secara umum
pengetahuan
manusia
First Cause (Tuhan)
correct thinking
tindakan manusia
tujuan sosial manusia/negara
nilai
keindahan


Pembagian Menurut Aristoteles

No.

Cabang Filsafat
1. Propaedeutic/Introductory

2. Speculative Philosophy

 


3. Practical Philosophy

 


4. Poetical Philosophy


Logics


Physics
Mathematics
Metaphysics

Ethics
Politics


Art


Pembagian Menurut Thomas Aquinas



Propaedeutic
 


Speculative Philosophy





 


 


Practical Philosophy

Logic

Philosophy of Nature

Philosophy. of Mathematics
Philosophy of Being


Philosophy of Art

Philosophy of Morals




Cosmology
Psychology



---------

Ontology
Natural Theology


---------

Ethics
Political Philosophy


Pembagian Menurut Christian Wolff


Metaphysics





 


Normative Sciences

General

Special




Logic

Ethics

Aesthetics


------------

Ontology
Psychology
Cosmology
Theodicy

------------

General
Special
------------


Filsafat dan Ilmu-ilmu lain

Ilmu (science) adalah bangun pengetahuan yang bersifat sistematis (body of systematized knowledge). Ilmu mempelajari satu bidang tertentu dari realitas. Manusia dipelajari oleh beberapa ilmu sekaligus, seperti psikologi (mempelajari tingkah laku), sejarah (mempelajari masa lampau), antropologi (mempelajari budaya manusia), sosiologi (manusia dalam interaksi sosial), teologi (manusia dalam hubungannya dengan Tuhan), dan sebagainya.
Cabang filsafat yang mempelajari realitas secara keseluruhan adalah metafisika atau metafisika umum. Sedangkan cabang lain mempelajari bagian tertentu dari realitas, seperti manusia (filsafat manusia), kosmos (kosmologi), tindakan manusia (etika), berpikir lurus (logika), pengetahuan (epistemologi), dan sebagainya.
Bagian tertentu dari realitas itu (manusia, Tuhan, kosmos, dll) dipelajari oleh filsafat sebagai suatu keseluruhan, keutuhan.  Filsafat Manusia mempelajari manusia sebagai keseluruhan, sebagai suatu keutuhan, tidak dipilah-pilah menjadi, misalnya, tingkahlakunya, jiwanya, raganya, pengetahuannya, dan sebagainya. Sebaliknya, ilmu-ilmu manusia mempelajari hanya aspek tertentu dari manusia, misalnya tingkahlaku (Psikologi, interaksi sosial (Sosiologi), hubungan vertikal dengan Tuhan (Teologi), dan seterusnya.
Filsafat sama dengan ilmu dalam hal obyek material. Bedanya, ilmu mempelajari bidang tertentu dari suatu realitas, sedangkan filsafat mempelajari keseluruhan realitas tersebut. Dalam meneliti bidang tertentu dari realitas itu, ilmu membatasi diri pada penelitian empiris, sedangkan filsafat ingin memperoleh penjelasan lebih dalam.
Ilmu-ilmu manusia seperti psikologi, sosiologi, antropologi, sejarah, ekonomi, politik, sama dengan filsafat (khususnya filsafat manusia) dalam hal obyek material, tapi berbeda dalam obyek formal. Ilmu-ilmu manusia itu  menyelidiki salah satu aspek dari manusia, sedangkan filsafat menyelidiki seluruh manusia.

Perbandingan Ilmu-ilmu Manusia dan Filsafat


Ilmu-ilmu
Obyek Material
Obyek Formal

1. Ilmu-ilmu Manusia



2. Filsafat

(segi tertentu) manusia, misalnya interaksi sosial, tingkahlaku, dsbnya.

(seluruh) manusia seperti tubuhnya, jiwanya, penge- tahuannya, hubungan de- ngan Tuhan, hidup sesu- dah kematian, masa lalu- nya, kebudayaannya, inter- aksi sosialnya, dsb.


secara empiris (melalui eksperimen, kuesioner, laboratorium, dsb.)

secara mendalam (dengan refleksi)

Perbandingan Psikologi dan Filsafat


Ilmu
Obyek Material
Obyek Formal

Psikologi



Filsafat

(segi tertentu) manusia, yakni perilaku (behaviour)


(seluruh) manusia

secara empiris (lewat eks-perimen, penelitian, kue-sioner, laboratorium, dsb.

Secara mendalam (dengan refleksi)


Psikologi: ilmu tentang perilaku manusia dan hewan; mencakup aplikasi ilmu pada masalah-masalah manusia (C.T. Morgan). Metode: metode eksperimental, observasi sistematik, metode klinis. Manusia sebagai individu.
Sosiologi: mempelajari kehidupan sosial, kelompok dan masyarakat manusia (Anthony Giddens). Jadi, perilaku manusia sebagai makluk sosial.
Filsafat menyelidiki manusia yang utuh, secara keseluruhan. Ilmu dan filsafat saling membutuhkan. Artinya, ilmu membutuhkan filsafat untuk menyelidiki azas-azas ilmu itu sendiri; filsafat melakukan penyelidikan itu berdasarkan fakta dan temuan terbaru ilmu-ilmu. Apa yang dihasilkannya tak boleh bertentangan dengan hasil ilmu.

Filsafat dan Teologi

Filsafat dan agama dibicarakan khusus sebab hubungan antara keduanya sangat dekat, khususnya ontologi dan agama. Ontologi sering disebut puncak filsafat sebab pertanyaan-pertanyaan ontologis langsung berhubungan dengan sikap  manusia terhadap pertanyaan-pertanyaan paling fundamental, yakni tentang Tuhan.
Dalam Filsafat kebenaran diperoleh lewat penalaran rasio (refleksi), sedangkan dalam agama kebenaran diperoleh melalui wahyu. Teologi memberikan pendasaran rasional atas kebenaran yang diwahyukan. Orang dapat berfilsafat dalam cahaya kebenaran agama. Oleh sebab itu adalah kekhawatiran yang tidak berdasar bahwa belajar filsafat membuat orang jadi ateis.  Filsafat justru membuat kepercayaan agama tambah kokoh dengan memberikan dasar rasionalnya
Sikap satu-satunya terhadap wahyu adalah “mengimani” atau percaya. Titik. Bahwa dunia dan seluruh isinya - termasuk manusia - diciptakan oleh Allah, seperti yang diajarkan oleh agama, harus disikapi dengan iman. Padahal, ada banyak hal yang masih tetap menjadi misteri. Tetapi, manusia adalah makluk rasional. Dengan ketajaman akal budinya dia dapat merenung dan memikirkan tentang hakikat realitas. Memang, kemampuan rasio terbatas. Tapi, ada kedalaman tertentu yang mampu dicapai oleh rasio. Demikian pun terhadap apa yang diajarkan agama, rasio dapat semampunya memberi penjelasan.
Poedjawijatna mengibaratkan filsafat dan teologi dengan perahu dan mercu suar. Perahu adalah filsafat, mercu suar adalah teologi. Mercu suar merupakan pemandu kapal atau perahu di malam kelam untuk masuk ke pelabuhan dengan aman. Selama perahu mengikuti arah mercu suar, ia akan aman, tidak menabrak karang atau penghalang lain. Demikian pula, filsafat akan aman manakala mengikuti terang atau arah dari teologi.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;