Selasa, 25 Desember 2012

Menabung Air Untuk Menyiasati Kekeringan

       Krisis air bersih akibat perubahan iklim kian dirasakan masyarakat khususnya di perkotaan. Sudah saatnya kita lakukan gerakan massal menabung air serta memanfaatkan air secara efisien. Perubahan iklim merupakan sesuatu yang dampaknya sulit untuk dihindari terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak ekstrem dari perubahan iklim adalah terjadinya kenaikan temperatur serta pergeseran musim. Perubahan iklim bukan lagi wacana, namun sudah dapat kita rasakan dampaknya, seperti banjir, gelombang pasang, dan kekeringan. Kota-kota pesisir kita merupakan kawasan yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim ini.

       Salah satu dampak perubahan iklim yaitu isu krisis air bersih. Yang merupakan potret kondisi air kita yang semakin suram saja. Secara relatif, siring meningkatnya populasi manusia, ketersediaan air bersih berkurang akibat semakin besarnya kebutuhan akan air. Dan mungkin hingga akhirnya nanti akan terjadi "perang perebutan" yang tak sehat untuk mendapatkan sumber daya air ini.

       Kebutuhan air yang akan terus meningkat, jika tidak dilakukan upaya alternatif atau pendaur ulangan terhadap penyediaan sumber air baku, maka di masa yang akan datang warga Indonesia diperkirakan akan benar-benar kesulitan mendapatkan air bersih. Kondisi ini semakin lengkap dengan masih lemahnya proteksi sumber air baku, tingginya kepadatan penduduk, kurangnya kepedulian terhadap lingkungan dan perubahan yang begitu cepat, yang secara keseluruhan tidak sebanding dengan kemampuan ekosistem alam untuk mencapai keseimbangan baru.

      Indonesia memiliki banyak sungai dan perairan yang sangat luas. Sungai dengan air melimpah yang mengalir begitu saja ke laut tanpa termanfaatkan dan parahnya sungai-sungai tersebut justru seperti menjadi tong sampah. Cadangan air tanah dan danau juga habis disedot untuk keperluan rumah tangga dan industri. Air hujan yang seharusnya bisa ditampung dan diolah justru terbuang percuma dan malah menjadi banjir.

      Tidak bisa dipungkiri lagi, krisis air bersih dirasakan masyarakat di banyak tempat, terlebih di perkotaan. Efisiensi pemanfaatan air tanah adalah hal yang mutlak harus dilakukan warga Indonesia, mengingat bahwa Indonesia merupakan kawasan yang dikelilingi oleh daerah pegunungan di mana begitu banyak sungai mengalir disitu. Pada musim hujan, banyak air sungai yang mengalir begitu saja ke laut tanpa dimanfaatkan atau ditampung terlebih dahulu hingga pada saat kemarau sungai menjadi kering dan tak ada lagi air yang dapat diambil.

      Diperlukan gerakan massal menabung air guna menyiasati kekeringan. Menabung air dapat dilakukan dengan pembuatan sumur-sumur resapan berupa sumur gali yang berfungsi menampung, meresapkan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan tanah, bangunan, juga atap rumah.

     Dengan adanya sumur resapan, air hujan bisa lebih efektif terserap ke dalam tanah dan melakukan proses water purifier. Diperlukan pula sumur-sumur resapan yang mampu memberikan dampak penampungan dan pengendalian, selain juga kegiatan rehabilitasi dan reboisasi dari hutan yang ada. Dengan adanya embung-embung penampungan air dan menjadi pure it, kita dapat memanen air pada saat datang musim hujan, dan menyimpannya di embung tersebut untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan pada musim kemarau.

       Banyak kota yang memiliki kebijakan bahwa semua air limbah harus diolah sebelum dibuang. Air hasil olahan tersebut kalau bisa digunakan kembali, sayang jika dibuang begitu saja. Daripada dibuang, lebih baik diolah lebih lanjut sehingga dapat menghasilkan kualitas yang sama dengan air bersih.

     Ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menghemat air bila berada di rumah, perkantoran, sekolah, dan tempat-tempat umum publik lainnya. Seperti saat mencuci tangan, mencuci sayur-sayuran atau buah-buahan jangan biarkan airnya terus mengalir, sebaiknya ditampung menggunakan wadah dan digunakan kembali untuk menyirami tanaman. Matikan kran saat menggosok gigi dan mencuci piring, gunakan kembali saat berkumur dan membilas saja. Jangan sering mengganti gelas, hal ini akan menghemat air dan tak perlu mencuci banyak gelas. Mandilah dengan shower, daripada dengan gayung atau bathtub.

      Gerakan efisiensi menghemat air ini perlu dimasyarakatkan untuk menjaga agar kebutuhan air generasi berikutnya dapat tetap terpelihara. Pilihan ada di tangan kita, apakah air yang ada di bumi ini akan kita habiskan untuk diri kita sendiri, ataukah mau kita simpan untuk generasi penerus bangsa ini?

Referensi:

Syaiful, Ade. 2011. KIPRAH (hal. 22). Jakarta: Kementerian Pekerja Umum.


0 komentar:

Posting Komentar

 
;