Kamis, 03 Januari 2013

Kapak, Gergaji, Palu dan Api

Alkisah suatu ketika kapak, gergaji, palu dan nyala api sedang melakukan perjalanan bersama-sama. Disuatu tempat perjalanan mereka terhenti karena terdapat sepotong besi baja yang tergeletak menghalangi jalan mereka. Mereka berusaha menyingkirkan baja tersebut dengan kekuatan mereka masing-masing.

"Itu bisa aku singkirkan", kata kapak. Pukulan-pukulannya keras sekali menghantam baja yang kuat dan keras itu pula. Tapi tiap bacokan hanya membuat kapak itu semakin tumpul sendiri, sehingga sampai ia berhenti.

"Sini biar aku yang urus", kata gergaji. Dengan gigi-gigi yang tajam tanpa perasaan, iapun mulai menggergaji. Tapi alangkah kaget dan kecewa ia, semua giginya jadi tumpul dan rontok.

"Apa kubilang?", kata palu. Kan aku sudah ngomong, kalian tak akan bisa. "Sini-sini kutunjukkan caranya", ucap palu. Baru sekali ia memukul, kepalanya terpental sendiri dan baja itu tetap tak berubah.

"Boleh aku coba?", tanya nyala api. Dan iapun melingkari dirinya dengan lembut menggeluti, memeluk dan mendekapnya erat-erat tanpa mau melepasnya. Baja yang keras itupun meleleh dan mencair.

Ada banyak hati cukup keras untuk melawan kemurkaan dan amukan kemarahan demi harga diri. Tapi jarang ada hati yang tahan melawan api cinta kasih yang hangat.

Betapa arif dan bijak ada dalam sebuah kelembutan dan kehangatan, seperti api mencairkan suasana hati yang dingin.

Hati yang mudah merasa kasihan itu tidak lemah, tetapi justru tanda bahwa engkau adalah jiwa yang disiapkan bagi peran pelayan yang besar.\

Hati yang kasar dan kejam tidak akan mampu mengemban tugas untuk membahagiakan sesama. Hati yang mudah pedih melihat penderitaan sesama itu adalah kekuatan diri yang paling indah.

Bersyukurlah dan gunakan kekuatan itu dalam pekerjaan yang membaikkan hidup banyak orang.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;